“Rumah sakit ini darurat, kalau tidak cepat-cepat pindah, banyak orang antri marah," kata Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, dr Ilum Anam di hadapan Pj Bupati saat melakukan kunjungan ke rumah sakit, Rabu (26/10/2022). "Kalau masyarakat marah apa mau kita bilang, dan ini darurat,” lanjut Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Di akhir hidupnya, Cut Nyak Dien atau Cut Nyak Dhien tinggal di pengasingan di Sumedang, Jawa Barat. Setelah ditangkap Belanda , ia dirawat di Banda Aceh karena sakit encok dan rabun. Namun karena khawatir pengaruhnya dapat membangkitkan semangat warga Aceh untuk perang, akhirnya wanita kelahiran tahun 1848 ini diasingkan di Sumedang .
Cut Nyak Dien kecil dididik dengan ajaran Islam yang kuat. Perang pertama pecah saat Belanda pertama kali mendarat di Pantai Ceureumen pada 8 April 1873. Kala itu, Belanda dipimpin Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler menyerang masjid Baiturahman yang dianggap sebagai markas pejuang Aceh. Cut Nyak Dien sangat murka terhadap penyerangan tersebut.
Mereka dibawa ke Medan dan dihukum mati. Pada tanggal 14 Juli 1905, Cut Nyak Dien dan suaminya dieksekusi di Medan. Cut Nyak Dien menjadi simbol perjuangan Aceh untuk mencapai kemerdekaan dari Belanda. Pada tanggal 10 November 1959, Cut Nyak Dien diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata: “Sebagai orang Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid” Setelah kematian suaminya, Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama
Puisi Hari Pahlawan #13. Cut Nyak Dien Karya: Sides Sudyarto DS. Di Cadas Pangeran Sumedang, tubuhmu mengunjur Engkau istirahat abadi dalam kubur Tetapi engkau tetap Puteri Aceh yang berjiwa luhur Kau bela Indonesia hingga merdeka Meski kau harus korban umur. Cut Nyak Dien, kau wanita utama Berdarah api berjiwa baja Kau tinggalkan keluarga dan
Cut Nyak Dhien : .. Cut Nyak Meutia : Ayolah, Ibu-ibu dan rombongan lain sudah mulai mengungsi. Bawa anakmu dan kita pergi Cut Nyak Dhien : Suamiku Cut Nyak Meutia : Dia berjuang untuk Aceh. Cut Nyak Dhien : Baiklah. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya. Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum
Cut Nyak Dien menghabiskan sisa hidupnya di Sumedang selama dua tahun. Ia kemudian wafat karena penyakit sepuhnya (encok dan rabun) pada tahun 1908. Selama masa pengasingan, Cut Nyak Dien ditempatkan di sebuah rumah milik tokoh agama setempat bernama Haji Ilyas atas perintah Bupati Suriaatmaja. Dalam artikel ini penulis mengambil judul Penelitian “Analisis Karakter Semangat Kebangsaan Cut Nyak Dien Sebagai Tokoh Pelopor Perjuangan Perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai karakter serta semangat perjuangan yang dimiliki oleh Cut Nyak Dien seorang tokoh pelopor perjuangan perempuan di Indonesia. .
  • hsn4ri6wit.pages.dev/316
  • hsn4ri6wit.pages.dev/846
  • hsn4ri6wit.pages.dev/455
  • hsn4ri6wit.pages.dev/105
  • hsn4ri6wit.pages.dev/410
  • hsn4ri6wit.pages.dev/882
  • hsn4ri6wit.pages.dev/840
  • hsn4ri6wit.pages.dev/49
  • hsn4ri6wit.pages.dev/330
  • hsn4ri6wit.pages.dev/175
  • hsn4ri6wit.pages.dev/557
  • hsn4ri6wit.pages.dev/139
  • hsn4ri6wit.pages.dev/197
  • hsn4ri6wit.pages.dev/824
  • hsn4ri6wit.pages.dev/837
  • puisi cut nyak dien